Jumat, 25 November 2016

CELOTEH ANAK - Rahasia


CELOTEH ANAK
Rahasia

Hari begitu panas, baju Kinanti basah berkeringat, ia merasa tidak nyaman dan kehausan. Dari taman ia berlari pulang ke rumah.
Sampai di rumah langsung mendekati kulkas, membuka pintunya, terlihat di freezer ada es mambo kacang hijau yang semalam ia buat bersama Nabasa dan Alecia.
Ia ingin memakannya, akan tetapi mereka sudah membuat kesepakatan akan makan es-es itu bersama.
Kinanti tampak bingung, ingin mengambil es itu. Ambil tidak. Ambil tidak. Tidak ambil.
Tangan mungil Kinanti meraih sebungkus es mambo.
Kinanti tengok kiri kanan lalu berlari ke sudut ruang TV. Dengan cepat ia buka es mambo lalu menikmatinya dengan lahap. Sesekali matanya terbeliak menahan rasa dingin di bibir dan lidahnya.

Ibu yang sedang berada di dapur, melihat tingkah Kinanti, lalu menghampirinya. "Kinan... kenapa makan es sambil ngumpet?"

Kinanti melotot dengan bibir manyun, telunjuk tangan kirinya ditempelkan di bibir, "Sssttt... Ibu jangan bilang-bilang Teteh sama Cia, ya! Ini RAHASIA." Makin jenaka wajah Kinanti, seraya mengusap mulutnya yang belepotan es mambo

Ibu tersenyum, "Rahasia apa?"

"Kinan makan es duluan." Dengan nada berbisik.

Ibu  menahan geli, "Ooo... tapi kan Teteh sama Cia belum pulang sekolah, tidak ada di rumah, kenapa harus ngumpet?"

"Iya... tidak apa-apa, Ibu jangan berisik!" Matanya mendelik.

Ibu tersenyum melihat tingkah Kinanti, lalu kembali ke dapur.

Sehabis makan es, Kinanti menghampiri ibu yang baru selesai masak.
"Bu... Kinan mau ganti baju, ini sudah basah, lengket." Menarik-narik baju yang dipakainya.

"Iya, sini sekalian diseka." Ibu membantu membuka baju Kinanti, mengajaknya ke kamar mandi, menyeka bagian tubuh yang lengket dengan waslap.

"Bajunya Kinan yang pilih ya, Bu."

Ibu mengangguk, "Iya boleh."

Kinanti menuju almari, mengambil baju bergambar Little Pony kesukaannya. Selesai berpakaian ia pamit pada ibu untuk bermain lagi. Lalu berlari menuju taman.

Ibu bersiap-siap menjemput Nabasa dan Alecia. Memakai jaket, helm, masker. Berangkat  mengendarai motornya.

Setengah jam kemudian, ibu sudah kembali ke rumah bersama Nabasa dan Alecia.

Kinanti dari arah taman bermain yang letaknya hanya dua puluh meter dari rumah, melihat kedatangan ibu serta kakaknya. Ia segera berlari menyambut kedatangan mereka.

Kinanti girang sekali, "Yeee... Teteh sama Cia sudah pulang...!" Bersorak dengan napas terengah.

Nabasa dan Alecia membuka sepatu dan kaos kaki, menoleh ke arah Kinanti sambil tersenyum. Lalu mereka masuk rumah, menuju kamar hendak berganti pakaian.

Kinanti mengikuti kakaknya dari belakang.
Kinanti mendekati Alecia dan Nabasa, "Teteh, Teteh, tadi enak banget lho... Kinan makan es mambo." Dengan wajah ceria. Ia tidak tahan ingin menceritakan nikmatnya makan es mambo.

Ibu memperhatikan tingkah Kinanti, tertawa kecil, lalu berjalan menuju belakang rumah.



Nabasa berhenti sejenak, menoleh ke arah Kinanti.
"Es mambo apaan?"

"Itu lhoo... yang kita bikin semalam." Jawab Kinanti sambil senyum-senyum.

Nabasa melotot, "Kinan...! Kan Teteh sudah bilang, makannya bareng-bareng, setelah semua pulang sekolah." Dengan nada sedikit kencang.

Alecia  menoleh ke arah Kinanti, turut menyaut, "Kinan tidak tepati janji!"

Seketika wajah Kinanti mengkerut. "Tapi Kinan pengen...."

Alecia cemberut, "Kinan tidak bisa dipercaya! Jangan diajakin lagi!"

Kinanti semakin merengut, matanya mulai berkaca-kaca, tak lama air matanya berjatuhan, terisak.


"Ya sudah, nanti kalau Teteh sama Cia makan es, Kinan jangan ya! Yang berikutnya baru boleh, kita bareng-bareng."

 "Iyaa...." Dengan suara pelan.

Selesai berganti pakaian, Nabasa dan Alecia makan es sambil menonton TV, sedangkan Kinanti duduk diam memperhatikan kedua kakaknya makan es mambo.

***

Itulah anak-anak, tidak bisa berbohong atas apa yang dilakukan, hingga yang dirahasiakan pun malah diungkapkannya.
Atau anak-anak belum tahu, apa yang disebut rahasia dalam kehidupan.
Barangkali rahasia itu hanya milik orang dewasa.
Julianti, Ciputat 02082016
***