Sabtu, 18 Maret 2017

CELOTEH ANAK - Salah Paham

CELOTEH ANAK

Salah Paham

Hujan baru saja berhenti, matahari masih diselimuti awan, redup, angin berhembus cukup kencang.
Ibu berpikir, "Lumayan ada angin, bisa sedikit mengeringkan pakaian."
Ibu meminta Kinanti untuk membantu menjemur kembali pakaian yang masih basah. "Kinan... bantuin Ibu jemurin pakaian, ya."
"Iya,Bu." Tampak senang, menjemur pakaian baginya seperti sebuah mainan, ia memilih tempat jemuran yang pendek terlebih dulu agar mudah terjangkau. Kinanti ingin berbagi kesenangan dengan Alecia, ia pun memanggilnya. "Teh Cia... sini bantuin Kinan,"
Alecia yang sedang menonton TV segera menjawab, "Iyaa... bentar...."
"Ayoo... cepetan sini bantuin."
"Iya, iya." Alecia menghampiri Kinanti yang sedang asyik di bagian atas batang jemuran, menggunakan kursi plastik agar dapat menjangkaunya.
Alecia langsung mengambil satu persatu pakaian dari batang jemuran bawah, meletakkannya ke dalam ember.
Kinanti turun dari kursi, melihat ke arah ember, "kok jemurannya ga abis-abis deh kayanya."
"Ini tinggal sedikit lagi, kok." Alecia sambil terus mengambil pakaian dari batang jemuran menaruhnya di ember.
" Yaaa.... Cia.... bukan diangkatin, tapi dijemurin!"
"Yeee... kirain diangkatin."
" Ah, Kinan cape jadinya!" Cemberut lalu duduk di lantai sambil memeluk lutut.
"Kinan ga bilang jemurin, tadi bilangnya bantuin doang, ya dikira angkatin. hehehe." Alecia tertawa kecil menatap Kinanti yang masih cemberut.
"Udah ah, Kinan males!"
Ibu dari dapur mendengar suara Kinanti yang ngambek, segera menuju belakang menghapiri Alecia dan Kinanti. "Kenapa, kok Kinan ngambek?"
Alecia segera menceritakan kejadian tadi ke ibu.
Ibu tertawa lucu, "Hehehe...."
Mendengar ibu tertawa Kinanti semakin manyun.
Ibu segera mendekati dan menggendong Kinanti menuju ke dalam rumah, duduk di sofa.
Alecia mengikuti.
"Kinan cape yaa...? terimakasih ya udah bantu Ibu." Ibu memeluk Kinanti.
"Itu... Cia nya...." Kinanti menggerutu.
"Iyaa... tadi Cia tidak mengerti maksud Kinan, sebab Kinan bilanginnya kurang jelas, jadi salah deh." Ibu senyum, sambil tetap memeluk Kinanti.
"Cia juga... lain kali kalau ada yang tidak dimengerti atau ragu, sebaiknya tanya dulu, agar tidak salah paham." Lanjut ibu sambil mendekatkan tubuh Alecia dengan Kinanti, memeluknya bersamaan.
"Iya...." Jawab Alecia pelan.
"Sekarang, kalau mau nonton TV, nonton aja. Biar nanti Ibu yang lanjutin jemurnya."
Ibu melepaskan pelukannya, bangkit, dan berjalan menuju belakang rumah melanjutkan menjemur pakaian.
Alecia dan Kinanti menonton TV film kartun kesukaannya.
***
Salah paham sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, tetapi jika kita masih punya itikad baik untuk saling mengerti, memperbaiki, maka semua dapat terselesaikan dengan damai.
Julianti, Ciputat, 24112016

Minggu, 12 Maret 2017

CELOTEH ANAK - Semangat

CELOTEH ANAK

SEMANGAT

Waktu menunjukkan pukul tujuh malam.
Nabasa, Alecia dan Kinanti sedang mengerjakan PR dari sekolahnya.
Ibu menemani mereka sambil membaca buku.
Lima belas menit berlalu, ibu menoleh ke arah Kinanti, terlihat beberapa kali menguap.

"Kinan ngantuk?"

"Tidak!" Sambil merubah posisi duduknya lebih tegak.

"Kalau sudah ngantuk, tidur saja, besok pagi dilanjut lagi. Kan Kinan berangkat sekolahnya jam setengah delapan, jadi masih keburu ngerjain sisa PRnya."

"Tanggung, Bu!"

"Oh... ya sudah kalau masih mau ngerjain." Ibu melanjutkan baca buku.

Tidak lama Kinanti kembali menguap, kepala bersandar ke meja, berbantal tangannya.

"Kinan...." Ibu memanggil dengan lembut.

"Yaaa...." Menjawab perlahan.

"Yuk, bobo!"

"Nanti aja. Semangat... semangat... semangat." Dengan suara lemas ia menyemangati dirinya.

Ibu, Nabasa, Alecia, tertawa kecil mendengar ucapan 'semangat' dari Kinanti.

"Sudah lemes, masih maksain, mending tidur aja!" Nabasa nyeletuk.

"Iya... jadi lucu dengernya." Alecia menyambung.

"Kinan masih semangat, tahu!" Sambil tidak merubah posisi duduknya, kepala masih menyandar di atas meja.

"Iya... iya... sudah, ayo lanjutin lagi!" Ibu melerai.

Alecia dan Nabasa saling melihat, memonyongkan bibir, mendelik ke arah Kinanti, lalu kembali ke bukunya masing-masing.

Sepuluh menit kemudian, ibu melihat Kinanti sudah terlelap dengan posisi yang sama seperti tadi. Kepala di atas meja berbantal tangan kanan yang masih memegang pensil, "Pluk!" Pensil dari tangan Kinanti terjatuh.
Ibu segera mengangkat tubuh Kinanti, memindahkannya ke atas kasur.

"Tuh kan, dia sebenarnya sudah ngantuk, tapi maksain!" Nabasa komentar.

"Iya...." Alecia menyaut.

"Kinanti ingin seperti kakak-kakaknya, rajin belajar biar cepat pintar." Ibu menoleh ke arah Nabasa dan Alecia sambil tersenyum.

"Hhhmmm.,,." Nabasa nyinyir, lalu kembali melanjutkan PRnya.

Setelah selesai mengerjakan PR, Alecia dan Nabasa pun menuju tempat tidur, beristirahat, agar besok dapat beraktifitas kembali.
Melihat anak-anaknya sudah nyaman di peraduan, ibu menuju kamarnya, menonton film di TV, hingga tertidur juga.
***

Kata SEMANGAT jika diucapkan oleh orang dalam kondisi sungguh-sungguh bersemangat, itu akan memotivasi semua yang ada di sekitarnya.
Tapi jika tidak, maka hanya akan jadi lelucon saja.
Julianti, Ciputat, 22082016

Minggu, 05 Maret 2017

CELOTEH ANAK - Masuk Sorga

CELOTEH ANAK

Masuk Sorga

Suasana di kompleks rumah terlihat ramai, banyak warga menuju rumah Pak Soleh.
Tidak lama, terdengar suara pengumuman dari speaker masjid. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh... innalillahi wainailaihi rojiun... telah berpulang ke Rahmatullah Bapak Soleh bin Amin, yang beralamat di jalan Manggis...."

Serentak Alecia, Kinanti berlari menghampiri ibu.
"Bu... ada yang meninggal!" Keduanya dengan mimik muka serius.

"Iyaa..., tadi juga ayah sudah ke sana." Jawab ibu.

"Ayah ke sana untuk mendoakan, ya?" Tanya Alecia.

"Iya, mendoakan dan membantu mempersiapkan penguburan."

"Waaah... yang melayat banyak. Pasti masuk sorga!" Alecia sambil melihat ke luar rumah lewat jendela.

"Kenapa begitu?" Kinanti menatap heran pada Alecia.

"Karena banyak yang mendo'akan. Bu, kita harus banyak berdoa, ya, biar masuk sorga?" Alecia menatap ibu.

Belum sempat ibu menjawab, Kinanti menyeletuk, "Berdoa itu kan diam, gimana mau masuk surga kalau diam aja?"

Ibu tersenyum melihat ke Kinanti dan Alecia,

"Kalau kita berdoa dengan sungguh-sungguh, maka kita akan merasakan ketenangan, kedamaian. Nah, itulah sorga. Di mana kita dapat merasakan damai. Tapi bukan berarti kita hanya berdoa saja tanpa melakukan apa-apa. Kenapa coba...?" ibu memandang kedua anaknya secara bergantian.

Tampak Alecia dan Kinanti senyum-senyum, "Tidak tahu...." Mereka menjawab serempak.

"Karena kita hidup. Masa orang hidup diam saja!" Ibu tertawa kecil.

"Terus, ngapain, dong?" Alecia bertanya dengan ekspresi polosnya anak-anak.

"Ya bergerak, melakukan sesuatu sesuai perannya. Misal Cia, dan Kinan, belajar, bermain, dan berperilaku baik. Maka kita semua akan senang, damai. Itulah apa?"

"Sorga...!" Kembali keduanya menjawab serentak.

"Kalau yang sudah meninggal sorganya gimana?" Alecia menatap ibu penuh rasa penasaran.

"Orang yang sudah meninggal itu berarti sudah kembali pada Allah. Kita tidak tahu bagaimana bentuk sorga atau nerakanya. Kita hanya bisa menilai orang pada saat masih hidup. Jika berbuat baik, maka akan dapat kebaikan, jika berbuat buruk, akan mendapat keburukan. Itulah sorga dan neraka."

Alecia dan Kinanti terdiam, tampaknya penjelasan ibu dapat diterima oleh pikiran kanak-kanak mereka yang masih sederhana.
Melihat anak-anaknya sudah mengerti, ibu segera bersiap-siap pergi melayat.
Tidak mau ketinggalan Alecia dan Kinanti turut serta.
Mereka bersama-sama pergi ke rumah keluarga Pak Soleh.
***

Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, namun berpikir secara sederhana. Dengan kesederhanaannyalah maka mereka akan selalu bersikap ceria, tanpa beban, dan damai. Itulah sorga, di mana rasa damai senantiasa bersama kita.
Julianti, Ciputat, 21082016