Jumat, 28 April 2017

CELOTEH ANAK - Keserakahan


CELOTEH ANAK
Keserakahan

Suasana saat makan pagi di hari Minggu.
Kinanti disuapin ibu.
Ayah selesai makan, lalu bersiap-siap kerja bakti di lingkungan komplek perumahan.
Nabasa dan Alecia makan dengan lahap dan terburu-buru, sebab ingin segera pergi main bersama teman-temannya.
Melihat kakak-kakaknya sudah mau selesai makan, Kinanti pun ingin segera menghabiskan makanannya.

"Bu, suapin Kinan kok sedikit-sedikit, Kinan mau sebesar Teteh suapannya!"

"Mulut Kinan kan lebih kecil dari Teteh, jadi suapannya juga sedikit, supaya ngunyahnya mudah." Sahut ibu.

"Iya, sebelum sebesar Teteh, Kinan harus sebesar Cia dulu dong suapannya!" Alecia menimpali.

"Pokoknya Kinan mau sebesar suapan Teteh! Aa...." Mulutnya dibuka lebar.

Ibu mengambil nasi dari piring satu sendok makan penuh, lalu memberikannya pada Kinanti.
Mulut Kinanti penuh, sebagian nasi terlihat keluar dari mulutnya, lalu ia tahan dengan tangan agar tidak berjatuhan, mengunyah dengan cepat. Akhirnya ia bisa menelan dan menghabiskan nasi di mulutnya. "Tuh, kan bisa, Kinan bisa makan sebesar suapan Teteh!"

"Huuuhh... jangan sok deh...!" Nabasa menoleh ke arah Kinanti, mengerutkan muka dengan bibir monyong.

"Weeew...!" Kinanti membalas cibiran kakaknya dengan memonyongkan bibir.

"Sudah, ah! Lagi makan malah saling cibir. Nih, Aa... lagi!" Ibu mengulurkan sendok penuh makanan suapan berikutnya.

"Bu, sekarang Kinan mau sebesar suapan Ayah!"

"Wadduh, suapan Ayah kan lebih banyak dari Teteh." Ibu menatap Kinanti.

"Iyaa... tidak apa-apa." Kinanti dengan lagak santai.

Nabasa pergi ke dapur dan membawa sendok nasi, memberikannya pada ibu. "Pakai ini aja, Bu!" Sambil tertawa.

Ibu dan Alecia ikut tertawa.
Kinanti mengerutkan muka, menoleh ke arah Nabasa.

"Ini suapan Kinan aja, kalau suapan ayah, mulut Kinan tidak cukup." Ibu mengambil setengah sendok.

"Tambah lagi! Sebesar suapan Ayah." Kinanti merajuk.

Ibu melotot sambil geleng-geleng kepala. "Kinan harus belajar sabar. Jangan memaksakan diri. Semua ada waktunya."

Kinanti cemberut.

"Ya udah, ini suapan ayah, muat ga mulutnya?" Ibu memberi makanan satu sendok penuh sampai muncung ke atas.

Semua tertawa.
Kinanti nekad membuka lebar-lebar mulutnya.
Matanya terpejam, lalu membelalak lebar. Mulutnya tidak bergerak.
Akhirnya Kinanti muntah.
***

"Keinginan tidak terbatas, tapi kemampuan sangat terbatas, mulut yang kecil tidak akan bisa menampung seukuran mulut dewasa, begitu pun mulut manusia tidak akan bisa menyuap sebesar kudanil.😀
Masing-masing memiliki ukuran tersendiri.
Keserakahan menelan tanpa ukuran hanya akan membuat muntah.
Juliant, Ciputat 07092016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar