Minggu, 24 Juli 2016

CELOTEH ANAK - Berani Jujur

CELOTEH ANAK

Berani Jujur

Nabasa sedang asyik dikamarnya membuat slime mainan pesanan temannya.
Tiba saat makan siang, tapi Nabasa belum keluar kamar juga. Ibu penasaran.

Ibu : “Nabasa... makan dulu...!"

Nabasa : “Iya, Bu... nanti....”

Ibu : “Nanti sakit perut kalau makannya terlambat lagi.” Membuka pintu kamar, terlihat berantakan, peralatan dan bahan-bahan untuk membuat slime. 
Wajah Nabasa tampak cemberut sambil terus mengaduk, meremas, menarik,  slime buatannya.

Ibu : “Kenapa cemberut?”

Nabasa : “Gagal.”

Ibu : “Apanya yang gagal?”

Nabasa : “Slime-nya kurang stretching, terus kalau ditekan-tekan kurang berbunyi.”

Ibu : “Kenapa bisa begitu?”

Nabasa : “Tadi mencoba resep baru, tapi hasilnya tidak seperti biasa, walau pun yang ini bisa lebih mengembang dan lebih lembut.” Mengkerutkan mulutnya, terlihat begitu kecewa.

Ibu          : "Kalau tidak biasa berarti luar biasa, dong!"

Nabasa   : "Ah, Ibu." Makin cemberut.

Ibu          : "Itu juga bisa dijual."

Nabasa   : "Kalau ini dijual, nipu orang, dong! Sudah tahu gagal."

Ibu      : "Ya... bilangin ke temannya, bahwa slime ini kurang stretching, bunyinya kurang, tapi lebih lembut dan mengembang. Katakan yang sebenarnya. Jika dia mau, bagus, kalau tidak mau pun tidak apa-apa, kan masih bisa dimainin, kasih Cia atau Kinan pasti senang."

Nabasa   : "Tidak apa-apa ya, Bu?"

Ibu         : "Tidak apa-apa, sebagai bahan percobaan, kalau tidak ada yang gagal, kita tidak akan tahu yang berhasil seperti apa."

Nabasa  : "Iya, deh." Nabasa memasukkan slime pada kemasan, membereskan peralatan yang berantakan, lalu cuci tangan dan makan siang.
Tidak lama temannya datang. Nabasa segera mengambil slime pesanannya, menceritakan keadaan slime itu, juga menunjukkan cara bermainnya.
Temannya tertarik dan mau beli.
Nabasa sangat senang, wajahnya berseri, tersenyum lebar, menghampiri ibu.

Nabasa  : "Alhamdulillah... Ibu... dia mau.. dibeli semuanya!"

Ibu      : "Alhamdulillah...." Tersenyum senang melihat Nabasa berani mengakui kekurangannya, dan tidak cemberut lagi.


Berani jujur atas ketidaksempurnaan, kadang sulit. Apalagi jika menyangkut masalah untung rugi, kekurangan sering dimanipulasi, agar tertutupi, kelebihan dipangkas bahkan dikorupsi. 
Berani jujur, harus ditanamkan dari sejak dini. Semoga menjadi berkah dikemudian hari.
Julianti, Ciputat, 23072016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar