Senin, 18 Juli 2016

CELOTEH ANAK - Kematian

CELOTEH ANAK

Kematian

Hari sabtu, Alecia tidak masuk sekolah dikarenakan libur, ia menemani ibu membereskan tempat tidur. 

Ibu   : "Nanti kalau sudah SD, Cia harus sudah  bisa membereskan tempat tidur sendiri, ya...!" Sambil melipat selimut.
Alecia     : "Ooo... kalau sudah sebesar Teteh, ya?"
Ibu          : "Iya." 
Alecia   : "Kalau setelah SD, itu SMP ya, Bu?" berjalan menuju sudut kamar dan terdiam di depan cermin besar, melihat dengan seksama tubuhnya yang tampak jelas di cermin dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Ibu          : "Iya, betul." Menoleh ke arah Alecia.
Alecia     : "Terus SMA, kuliah, kerja, terruuus... jadi seperti Ibu?" 
Ibu          : "Iya."
Alecia    : "Ah, Cia tidak mau seperti Ibu." Sambil terus menatap ke arah cermin.
Ibu          : "Kenapa?" mendekati Alecia sambil tersenyum heran.
Alecia    : "Kalau Cia jadi seperti Ibu, nanti Ibu jadi nenek-nenek dan meninggal. Cia ngga mau! Nanti tidak ada Ibu lagi."
Ibu memeluk Alecia.
Ibu      : "Tidak apa-apa... kan nanti Cia kalau sudah dewasa, punya suami, punya anak. Sama seperti Ibu sekarang, punya Cia."
Alecia  : "Tapi... nanti... Cia... tidak punya ibu lagi kalau meninggal." Alecia memeluk ibu sambil terisak. Air mata berderai, membasahi pipinya yang sedikit tembam.
Ibu terharu mendengar ucapan Alecia, namun tetap tersenyum menatap wajah buah hatinya yang basah oleh air mata. 
Ibu          : "Jangan takut, itu kan masih lama... banget."
Alecia     : "Cia tidak mau...."
Ibu       : "Ibu, Ayah, Teteh, Cia, Kinan, dan semua yang ada di alam ini, adalah punya Allah. Jadi... kalau Allah mau mengambilnya... kita tidak bisa melarang, tidak usah bersedih. Setiap yang hidup itu pasti akan mati, hanya kita belum tahu waktunya kapan. Sekarang Ibu masih ada. Makanya... Cia... jadilah anak yang baik, rajin belajar,  solehah, sayang Ibu, Ayah, Teteh, Kinan, dan semua, Ok! Biar kita semua senang...." Ibu tersenyum lebar, memberi semangat.
Alecia     : "Iya, Bu...." Menahan isak.
Ibu          : "Ayo sekarang mandi dulu, boleh sambil main air, ajak Kinan sekalian."
Alecia     : "Iya. Boleh sambil mandiin barbie?" 
Ibu          : "Iya, boleh."
Alecia berjalan menuju teras rumah, memanggil Kinanti, mengajaknya mandi bersama. 
Kinanti yang sedang asyik melihat kucing, menyambut ajakan Alecia. 
Mereka pun tertawa senang, bermain air sambil memandikan boneka.

Celotehan anak umur lima tahun tentang kematian, menyentil pikiran dan perasaan, sebab kita sebagai òrang dewasa sering lupa, terlena dengan kehidupan dunia yang fana.
Mati itu pasti, maka hendaklah kita selalu bijak dalam menyikapi hidup ini.
Julianti, Ciputat, 07112015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar